Sabtu, 15 September 2012

Plus Minus Campur Pakan Sendiri



Metoda total self mix ataupun semi sama-sama lebih murah ketimbang membeli pakan komplit untuk layer
Antara mencampur pakan sendiri (selfmixing) dan membeli pakan komplit merupakan pilihan yang masing-masing berbuntut konsekuensi. Peternak memilih mencampur pakan sendiri karena harga pakan perkilogram menjadi lebih murah. Sedangkan peternak yang memilih pakan komplit pabrikan tidak mau repot menjaga konsistensi mutu suplai bahan baku, tambahan tenaga kerja, dan menganggap investasi peralatan pencampur masih terlalu mahal dibanding populasi ayamnya.
Hal itu diungkapkan oleh Sahlan Hasbi, manajer Rosa Layer Farm – Jogjakarta beberapa waktu lalu. “Tidak semua peternak layer (ayam petelur) di Jogja mau mencampur pakan sendiri. Bahkan ada satu peternakan berkapasitas besar hingga kini menggunakan pakan komplit dari pabrik,” ungkapnya.  Selain dia, kata Sahlan, peternak yang menggunakan pakan komplit pabrik biasanya masih berskala kecil, populasinya di bawah 10.000 ekor.
Mengutip alasan mereka, menurut Sahlan, mereka tidak mau repot mencampur karena tidak punya alat pencampur, mesin giling jagung,dan tenaga (karyawan) untuk itu.“Investasi alat memang besar. Selain itu, daripada tidak yakin konsistensi dan kualitas pencampuran (homogenitas) tentu lebih aman pakai pakan komplit dari pabrik,” papar Sahlan.
Total dan Semi
Sahlan menyatakan, selain karena alasan harga lebih murah, ia memilih self mixing karena lebih leluasa menentukan komposisi pakan sesuai kondisi ayam. Mutu pakan juga bisa dikendalikan sendiri, tidak seperti ‘membeli kucing dalam karung’.
Sahlan menerapkan 2 sistem peracikan pakan. “Pertama semi self mixing, yaitu mencampur konsentrat buatan pabrik dengan jagung giling dan katul. Kedua, kami juga menerapkan total selfmixing, betul-betul mencampur sendiri belasan bahan pakan,” paparnya. Meskipun demikian untuk suplai mineral dan vitamin Sahlan menggunakan premix pabrikan, biar tak terlalu repot.
Aplikasi dua macam self mixing secara bersama-sama ini, terang Sahlan, bertujuan supaya ia bisa mengontrol kualitas pakan racikan. “Performa layer yang diberi pakan racikan jangan sampai di bawah ayam yang diberi pakan dengan konsentrat pabrik,” tegasnya.
Kontrol Kualitas Campuran
Penerapan metode total dan semi self mixed secara bersamaan merupakan salah satu metode kontrol kualitas dengan melihat respons ayam secara langsung terhadap kualitas pakan yang diberikan. “Kalau masih sejajar, tentu tidak ada masalah. Tapi kalau mulai terjadi perbedaan baik performa maupun kondisi kesehatan ayam yang diduga berhubungan dengan pakan, kami baru akan mengecek ke laboratoriumdi Universitas Gadjah Mada maupun titip kepada petugas dari pabrik pakan,” papar Sahlan. Tapi walaupun tidak ada keluhan, setiap 2 – 3 bulan Sahlan selalu mengujikan campuran pakannya ke laboratorium.
Sahlan menyatakan, contoh penurunan kesehatan yang diduga berkaitan dengan pakan adalah gejala serangan clostridium, cholera, maupun necrotic enteritis. “Barangkali kualitas pakan turun sehingga kondisi ayam drop. Bisa juga ada kontaminan tertentu. Sehingga pakan tetap harus diperiksa,” ungkapnya.
Seleksi Bahan Baku
Sahlan Hasbi mengklaim punya suplaier jagung dan bekatul terpercaya. “Telah terujibertahun-tahun. Kami pun tak segan memutus hubungan kalau ada pemasok yang menyetor bahan pakan tak memenuhi syarat,”katanya tegas. Sahlan berkata, hanya menggunakan jagung lokal, dari Grobogan, Klaten,dan Jogja. Ia mengakui mutu jagung impor lebih konsisten,  tetapi sayang kurang bagus warnanya sehingga membuat warna kuning telur pucat.
Salah satu syarat penerimaan jagung di Rosa Layer Farm adalah lolos seleksi kadar air, maksimal 16% dengan toleransi 1% saja berdasar alat ukur cepat digital. “Kami cukup ketat dalam hal ini karena tidak memiliki tempat jemur jagung kalau kadar airnya di atas itu,” terang Sahlan.
Selengkapnya baca di majalah Trobos edisi Juli 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar